Rabu, Desember 03, 2014

kebesaran hati umi

  13 Komentar    
categories: 




umi... begitulah saya memanggilnya,perempuan yang mengandung dan melahirkan saya itu kini sudah berusia 60 tahun dan tidak bisa melihat sama sekali karena penyakit glukoma yang dideritanya,dokter memvonis bahwa mata umi sudah tidak bisa diupayakan untuk bisa melihat lagi,kini hari-harinya diisi dengan membaca alqur'an yang masih dihafalnya.almarhum bapak saya dulu seorang penghulu,PNS di kementrian agama,sepulang kantor beliau juga aktif mengajar.ahhh.... hanya beberapa saat saja saya mengenal bapak.

umi hanya merawat saya sampai usia saya 4 tahun saja,saat itu bapak meninggal dan mengharuskan saya dan ketiga kakak saya tinggal dirumah emak dan apa (orang tuanya bapak),yang tinggal sama umi hanya adikku saja yang saat itu baru berusia 1 tahun.aira kecil belum mampu memahami kenapa kami semua harus berpisah,meskipun jarak dari rumah umi ke rumah emak tidak begitu jauh(bisa ditempuh dengan kendaraan selama 1,5 jam),tapi rasanya saya dan umi berada di belahan bumi yang berbeda.

emak dan apa lah yang merawat,mendidik dan membiayai saya dan kakak-kakak,dulu waktu saya duduk di sekolah dasar ketika ditanya tentang bapak saya selalu menjawab apa lah bapak saya.betapa emak dan apa menyayangi kami setulus hati hingga saat saya berusia 17 tahun apa meninggal,dan emak meninggal 3 tahun berikutnya.

jujur saja,dulu... dibalik rasa kangen dan sayang sama umi,terselip kebencian saya terhadap umi.saya benci kenapa umi menjauhkan saya dengannya?ketika saya bangun tidur,kenapa umi tak ada disamping saya?jika libur sekolah saya menginap dirumah umi,kenapa umi tidak menahan saya untuk tinggal bersamanya ketika suruhan apa datang menjemput?kenapa umi tega tak bisa mendampingi saya ketika saya menginginkannya membantu saya mengerjakan pe-er?

aira kecil tentu seperti anak kecil lainnya,meskipun saya dikelilingi orang-orang menyayangi saya,tetap saja dihati kecil saya ingin selalu bersama umi.kadang saya iri,ketika teman saya pulang sekolah dijemput oleh ibunya,saya biasanya dijemput oleh pembantunya emak,atau dijemput kakak tertua saya yang saat itu sudah menginjak remaja.

suatu saat ketika saya sudah duduk di kelas 1 madrasah tsanawiyah (setingkat SMP),libur sekolah tiba dan saya meminta izin emak dan apa untuk menginap dirumah umi.saya diantar pakai mobil apa,yang mengemudi tetangga depan rumah yang biasa mengantar atau menjemput saya kalau ke rumah umi.sebelum berangkat emak mewanti-wanti bahwa menginapnya 2 hari saja,nanti dijemput lagi,begitu katanya.

sampai dirumah umi saya merasakan kerinduan itu terobati,tapi... rasa benci itu masih ada.saat menonton tv saya melihat sebuah film entah judulnya apa saya lupa,film itu menggambarkan sebuah keutuhan keluarga yang bahagia.hingga saya menangis dan saat itulah rasa benci itu menyeruak.

"kok nangis,kenapa?"tanya umi
"kenapa sih mi kita semua tidak ngumpul?bukankah rumah umi besar,umi juga tiap bulan dapet uang pensiun,umi takut kita semua tidak makan?atau umi tidak sanggup membiayai sekolah saya,teteh dan aa?"dengan nada keras dan suara kencang saya menjawab pertanyaan umi.terlihat umi meneteskan air mata.

"nak,jangan dikira umi tidak ingin kita berkumpul,umi hanya ingin kamu dan kakak-kakakmu mendapatkan pendidikan yang terbaik,umi hanya ingin kalian tinggal dan tumbuh dilingkungan yang baik,ada yang mengawasi dan menjaga kalian" sambil mengusap air matanya umi melanjutkan ucapannya "dulu,ketika bapakmu selesai dimakamkan,apa dan emak mengajak umi membicarakan masa depan kalian,apa dan emak menganggap uang pensiun bapakmu tidak akan cukup untuk kita ber-enam,itu benar nak,belum lagi disini sekolah yang bagus itu jauh dan mahal,kalau kalian tinggal bersama emak dan apa kalian bisa sekolah disekolah yang bagus,bisa belajar mengaji,lingkungannya pun bagus ditopang dengan keluarga bapakmu yang hampir semuanya pendidik.fasilitas yang kalian dapatkan disana juga bagus,emak dan apa sangat menyayangi kalian,awalnya emak dan apa akan membawa semua anak-anak umi,tapi umi meminta diberi kesempatan untuk merawat adikmu karena waktu itu umi masih menyusuinya.

"nak,jangan berpikir umi bisa enak makan enak tidur ketika harus berpisah dengan kalian,betapa umi merasa nelangsa karena selalu memikirkan kalian yang jauh dari pandangan umi,tapi itulah... demi masa depan kalian umi rela menanggung semua kesedihan ini,kelak jika kamu sudah dewasa,menikah dan punya anak,kamu akan merasakan bagaimana sayangnya kamu terhadap anak,betapa kamu bersedih ketika anakmu sakit,betapa kamu nelangsa ketika anakmu jauh dari pandanganmu,umi selalu berharap kamu mengerti nak,ketika kamu dewasa nanti kamu akan membenarkan semua kata-kata umi ini"

"yang sabar ya nak,masa depan yang cerah menantimu,umi akan tetap menyayangimu sampai kapanpun,akan ada saatnya kita berkumpul lagi kelak,percayalah ini yang terbaik untukmu,untuk kakak-kakakmu,dan terbaik untuk kita semua".setelah saya dewasa,kuliah dan menikah,saya membenarkan bahwa keputusan umi,emak dan apa dulu itu memang yang terbaik.betapa umi mengesampingkan egonya,betapa hati umi luas seluas samudera.





13 komentar:

  1. Balasan
    1. Kadang anak sering tak terima dari segala yang diputuskan orang tua, padahal sebenarnya itulah pilihan terbaik buat dia,,


      moga berjaya ya mbak

      Hapus
    2. komen'y sdh muncul mas ^_^,iya betul.. yg pasti keputusan ortu pasti yg terbaik buat anak'y,terimakasih mas....

      Hapus
  2. Demi masa depan anak2 umi rela berjauhan dgn anak2 tercinta ..pengorbanan ibu memang tiada batas ya mak sama spt cintanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak,smua itu kadang baru kita rasakn ketika kita udh pya anak,hiks... :(

      Hapus
  3. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  4. Ya kafang anak baru bisa menghayati cinta ibunya sesudah mereka dewasa ya. Salam hormat buat umi ya :♥

    BalasHapus
    Balasan
    1. insya Allah klo pulkam sy sampaikan mak,terimakasih...:)

      Hapus
  5. Ngomongin soal ibu,,,emang gak ada habisnya ya Mak. aku juga mau ikuitan GA ini, cuma kok ceritanya belum kelar2 saking banyaknya kiosah ttg ibu...jadi mau di pendekin dulu, biar ada fokusnya, hehehe.. Sukses ya mbak..

    BalasHapus
  6. Seperti aliran air hujan, kemana pun alirannya mereka pasti berguna
    Begitupun Ibu, bagaimana pun perjuangannya pasti kebaikan keluarganya.
    Salam hormat untuk keluarga Umi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul mas... insya Allah nanti sy sampaikan,terimakasih :)

      Hapus
  7. ada kebanggaan tersendiri ikutan GA'y pakde,profil'y sdh dikrm,matur nuwun pakde... :)

    BalasHapus

terimakasih sudah berkunjung,silahkan tinggalkan jejak anda disini....:)